Langsung ke konten utama

Saya ngeblog untuk siapa?


Untuk diri sendiri.

Ini lucu. Kadang-kadang ide muncul begitu saja. Bergumam dalam batin rasanya seperti membiarkan bus-bus lewat tanpa dihentikan untuk ditumpangi, padahal sedang ingin menempuh perjalanan. Bus-bus itu lewat begitu saja. Bukannya kalau dihentikan lalu naik bus, busnya jadi lebih bermanfaat? Seperti itulah kira-kira.

Kadang-kadang lintasan ide yang muncul ini saya tangkap lalu tuliskan dalam google keep di handphone, aplikasi khusus dari google yang selalu membantu saya mengabadikan catatan-catatan kecil pribadi, bagaikan buku notes saku. Tapi jika ada waktu luang, seperti saat ini, jam 04:35, saya tuliskan saja apa saja yang terlintas dalam fikiran. Seperti tulisan ini.

Apakah tulisan seperti ini layak untuk dibagikan? Kalau untuk ukuran surat kabar, tentu tidak. Tapi untuk mengisi waktu pada pagi buta seperti ini, saat kantuk tidak kunjung datang, maka menulis hal nggak berguna seperti ini memberikan saya sedikit kesibukan.

Tapi serius. Saya menulis di blog bukan untuk orang lain. Saya lebih sering menulis untuk mengungkapkan rasa hati terhadap permasalahan yang bahkan kadang-kadang tidak ingin untuk diketahui orang lain. Karena itu saya sangat jarang menshare tulisan saya di blog ke sosial media yang saya kelola. Bagi saya, memahamkan orang lain tentang hal yang tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan orang lain/kepentingan orang lain adalah hal yang tidak perlu. Karenanya, cukup saya keep sendiri saja.

Blog ini lebih kepada pencatat gumaman hati yang saya tangkap dan olah dalam bentuk tulisan. Sehingga ketika saya ingin melihat kembali diri atau bercermin, saya membuka kembali catatan lama yang ada di sini. Sekedar untuk mengetahui apa yang saya fikirkan di masa lalu.

Kenapa nggak di Facebook saja? Terlalu ramai orang. Bising.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Agama Penghambat Kemajuan, benarkah?

Baru saja membaca komentar di salah satu forum yang saya ikuti soal agama menghambat kemajuan. Isu lama yang kembali diangkat. Dan well, saya bersimpati pada yang menulis karena baginya, agama tak lebih sebagai hambatan. Agama dipersepsikan sebagai kekangan yang membuat sebuah bangsa menjadi sulit untuk maju. Baginya, agama adalah sebuah kesalahan. Padahal kenyataannya tidak begitu. Islam itu way of life, bukan tembok yang menghalangi kreatifitas. Islam adalah tuntunan untuk menjalani rutinitas dalam ketaatan kepada Allah. Selama itu baik, bermanfaat, tidak bertentangan dengan larangan Allah pada hal-hal yang telah jelas keharamannya, Allah memperbolehkan hambanya untuk melakukannya. Pada hal-hal yang demikian Rasulullah dalam haditsnya menyebut sebagai rahmat Allah bagi hamba-Nya. Lihat saja sebagai contoh, pekerjaan meneliti di laboratorium, untuk mencari kemaslahatan di bidang sains, atau melakukan perjalanan antar planet sekali pun, tidak ada larangan Allah terhadap hal demi

Ayat tentang Manusia (QS. Al-Mukminuun : 12-16)

ولقد خلقنا الإنسان من سلالة من طين. ثم جعلناه نطفة في قرار مكين. ثم خلقنا النطفة علقة فخلقنا العلقة مضغة فخلقنا المضغة عظاما فكسونا العظام لحما ثم أنشأناه خلقا آخر فتبارك الله أحسن الخالقين. ثم إنكم بعد ذلك لميتون. ثم إنكم يوم القيامة تبعثون. Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” Pada ayat di atas, Allah swt berupaya untuk menerangkan kep

Cerita Seram

Pukul 01:06 dini hari. Tadinya mau nulis soal ribut-ribut demo Ahok 4 November besok, udah jalan satu paragraf, tapi suara tangis anak-anak di kamar sebelah bikin nggak konsen . Mungkin ada kejadian apa, pemukulan, histeria, jatuh, atau apalah, tapi makin lama suara tangisnya kok makin kencang saja. Saya keluar kamar dan tinggalkan notebook yang masih dengan Microsoft Word terbuka. Selidik kiri kanan, rasanya asal suaranya dari lantai dua dekat kamar mandi. Setelah lihat ada anak kelas 6 di luar kamar, saya jadi mikir ada kejadian serius ini. Bukan lagi suara misteri seperti dulu. Suara nangis juga, jam 2 malam, malam Jumat saat itu. Saya cari kemana-mana suara nangisnya pindah-pindah terus. Dari kamar mandi asrama yang satu ke kamar mandi yang lainnya. sampai terakhir pindah ke atas loteng. Ya sudah, akhirnya saya biarkan saja. Mungkin yang nangisnya lagi perlu sendiri di situ. Tiba di depan kamar, saya tanya sama yang di luar, "Ada apa?" "Kayak kerasukan gitu u